JAKARTA - Anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti memaparkan, permasalahan yang penting pada sektor perumahan dan permukiman di Indonesia ini adalah daya beli. Dengan daya beli masyarakat yang rendah, menjadikan perumahan dan permukiman di Indonesia menjadi tidak tertata dengan baik. Daya beli dan harga jual ini dipengaruhi kebutuhan masyarakat. Menurutnya, masyarakat yang bekerja di pusat kota atau Ibu Kota Jakarta akan lebih memilih untuk tinggal di lokasi yang dekat dengan segala hal yang mereka butuhkan sehari-hari.
Sehingga, lanjut Novita, banyak masyarakat yang rela untuk lebih baik tinggal di rumah yang tidak layak dari segi ukuran dan kualitas bangunan serta lingkungannya. Meskipun lokasi-lokasi pinggiran kota lainnya dalam beberapa tahun ke depan akan berkembang dari segi sarana, prasarana, dan TOD (transit oriented development)-nya, namun masyarakat tetap memikirkan jarak tempuh lokasi tersebut ke pusat kota.
“Indonesia merupakan negara berkembang yang masih banyak sekali elemen perkotaan yang harus dikembangkan. Salah satunya adalah perumahan dan pemukiman. Perumahan dan pemukiman di Indonesia saat ini menjadi salah satu permasalahan yang sangat mendesak, " ujar Novita dalam keterangan tertulis yang diterima Parlementaria, Rabu (29/6/2022).
Baca juga:
Rudi Rombak Bengkong Makin Memesona
|
Menurut politisi Partai Gerindra tersebut, permasalahan perumahan dan pemukiman merupakan permasalahan yang parallel, permasalahan yang saling merambat dan terkoneksi satu sama lain. Permasalahan kedua disebabkan oleh permasalahan pertama, permasalahan ketiga disebabkan oleh permasalahan kedua, dan seterusnya. "Sehingga kita tidak bisa benar-benar memfokuskan diri untuk meninjau satu permasalahan saja, karena satu permasalahan tersebut saling berkaitan dengan permasalahan lain, " ungkap Novita.
Novita mengatakan, masyarakat tidak ingin menghabiskan waktu 90 menit di dalam kereta atau commuter line untuk bisa sampai ke pusat kota. Sehingga itulah yang membuat harga rumah di Jakarta sangat tinggi, yaitu karena permintaan yang sangat banyak namun lahan yang ada tidak sebanyak permintaan tersebut. Nantinya ketika Jakarta sudah benar-benar tidak dapat menampung perumahan dan permukiman, pinggiran Jakarta menjadi tujuan akhir masyarakat untuk bertempat tinggal. Dengan begitu, harga rumah di pinggiran kota juga akan terus meningkat sesuai dengan permintaan dan sisa lahan yang ada.
Wakil Ketua BURT DPR RI itu menambahkan, permasalahan lain tentang perumahan dan permukiman di Indonesia ini adalah kurangnya lahan hijau. Seharusnya di setiap rumah yang ada di Indonesia ini dilengkapi dengan lahan hijau. Mungkin ketika awal membangun, lahan hijau itu ada di area rumah, namun seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan ruang yang lebih besar semakin meningkat. Sehingga lahan hijau semakin berkurang, padahal lahan hijau ini menjadi salah satu elemen paling dasar dari sebuah permukiman. (eko/sf)