BUDAYA - Selembar kain dengan corak indah nan rumit itu, siapa sangka menyimpan cerita dan identitas sebuah bangsa. Itulah batik, salah satu warisan budaya yang menjadi kebanggaan Indonesia. Lebih dari sekadar kain, batik adalah jalinan kisah panjang peradaban Nusantara yang sarat dengan nilai, filosofi, dan kearifan lokal yang mendalam. Setiap goresan lilin dan motif yang tercipta bukan hanya hiasan semata, melainkan simbol dari kekayaan budaya yang telah bertahan selama berabad-abad.
Sejak masa kerajaan-kerajaan kuno di Jawa, batik telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat. Dulu, batik hanya dipakai oleh kaum bangsawan dan anggota keraton sebagai simbol status sosial. Berbeda dengan zaman sekarang, batik telah menjadi milik seluruh lapisan masyarakat. Proses pembuatan batik yang beragam—mulai dari batik tulis yang membutuhkan ketelatenan, batik cap yang lebih cepat diproduksi, hingga batik printing yang massal—menunjukkan bagaimana batik telah beradaptasi seiring dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.
Yang menarik, batik di setiap daerah memiliki corak dan filosofi yang berbeda. Coba bayangkan Batik Solo dan Yogyakarta dengan warna klasik cokelat dan biru tua, dihiasi motif parang atau kawung yang penuh dengan makna spiritual dan filosofi kehidupan. Beralih ke Batik Pekalongan, kita akan disuguhi dengan warna-warni cerah dan motif flora serta fauna yang dinamis, menggambarkan kebebasan ekspresi yang dipengaruhi oleh budaya pesisir. Ada pula Batik Lasem yang mendapat sentuhan budaya Tionghoa, hingga Batik Cirebon dengan motif megamendungnya yang megah, melambangkan ketenangan dalam menghadapi dinamika kehidupan.
Tidak hanya indah, setiap motif batik mengandung makna mendalam. Misalnya, motif parang menggambarkan keteguhan dan perjuangan. Ada pula motif kawung yang menyerupai buah kawung, menjadi lambang keseimbangan dan keadilan. Dalam tradisi Jawa, pemakaian batik bahkan memiliki aturan tersendiri. Pada upacara pernikahan, misalnya, calon pengantin biasanya mengenakan batik dengan motif truntum yang melambangkan cinta kasih yang tumbuh dan berkembang seiring waktu.
Baca juga:
Padepokan SH Terate Madiun Memutih Hari Ini
|
Batik tidak hanya menjadi simbol budaya bagi masyarakat Indonesia. Ketika pada 2 Oktober 2009 UNESCO mengakui batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi, seluruh dunia seolah diingatkan akan keindahan dan keunikan budaya Indonesia. Sejak saat itu, 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional, sebuah penghormatan terhadap seni membatik yang telah mengakar kuat dalam kehidupan bangsa Indonesia. Di panggung internasional, batik juga menjadi tren mode yang diadaptasi oleh para desainer terkenal, membuktikan bahwa warisan tradisional ini dapat tetap eksis dan relevan di era modern.
Namun, pelestarian batik tidak bisa berhenti di situ. Generasi muda harus dikenalkan dengan batik, bukan hanya sebagai selembar kain tetapi sebagai bagian dari identitas dan kebanggaan nasional. Berbagai upaya dilakukan untuk melestarikan batik, mulai dari pemberdayaan perajin di daerah-daerah, pengenalan batik di sekolah-sekolah, hingga inovasi dalam desain dan produk-produk berbasis batik agar tetap menarik bagi generasi milenial.
Di tengah gempuran budaya asing, batik tetap berdiri kokoh sebagai identitas lokal yang kuat. Tak hanya sebagai bagian dari busana, batik juga menjadi simbol keragaman dan persatuan Indonesia. Batik Madura dengan warna cerahnya, Batik Sasirangan dari Kalimantan Selatan yang sarat dengan nilai spiritual, hingga Batik Papua yang kaya akan simbol-simbol adat, semuanya adalah bukti bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki identitas budaya yang unik namun saling melengkapi satu sama lain.
Batik bukan sekadar corak atau kain. Ia adalah jejak peradaban, lambang jati diri, dan simbol persatuan bangsa Indonesia. Setiap motif dan warnanya menyampaikan cerita, melestarikan tradisi, dan menjadi saksi perjalanan panjang bangsa ini. Maka, mari kita junjung batik sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, sembari terus berinovasi agar ia tetap hidup dan bersinar di panggung dunia.
Jakarta, 2 Oktober 2024
Hendri Kampai ( Wartawan Utama/ Ketua Jurnalis Nasional Indonesia)